Sabtu, 02 April 2016

Kebahagiaan

Jika kita menggantungkan kebahagiaan kepada harta, popularitas , prestise, keindahan, rasa senang manusia kepada kita, serta hal lain yg tidak mudah kita capai, maka yakinlah bahwa kita tidak akan pernah menemukan jalan yg pasti untuk mencapainya, bahkan malah terkadang kita terjatuh dalam kekecewaan karena tak mampu mewujudkannya.

Akan tetapi, hal demikian bukanlah halangan bagi kita untuk mencari kebutuhan materiil tersebut, karena memilikinya jauh lebih baik daripada tidak.
Hanya saja kita tidak boleh mengorientasikan hidup kita semata mata hanya untuk memenuhi seluruhnya, karena kebahagiaan haqiqi adalah JIKA kita mampu mengorientasiakn kehidupan kita untuk kehidupan yg haqiqipula (akhirat). Semoga kita bisa mencapai kebahagiaan yg demikian.

Sukoharjo,07 februari 2016

Islamic concrete solutions Transformation of Life



Today the world has changed, changed following the path of life is transformed in accordance with the dynamics of the flow of life in it. Changes occur not only in terms of lines of natural resources became a settled us or our lives, but change happens has to subjekktifitas rooted in the life of human resources itself.
Human resources is different era now adjust to kulturisasi which has become the custom of the time, unlike the tangible notwithstanding the same in essence.
The transformation of life that is currently happening is part of fitroh human life, but in this case does not mean that we as humans are resigned to fitroh which has been destined by Him we should be aware that changes in life that exist today is because since the shift in culture or cultures constructed and power is the source of life style of life.
menggebrakan themselves with the reality that there is a way that then we are aware of the process of our lives today.
sekulrisme presence, communism or schools of human thought which is currently growing rapidly in this life is due to the weakness of-rows rows of Islam who can not afford meraptakan row.
Streams of human thought as secularism, atheism, communism and isms other is the product of man who always had the interest to transform themselves in accordance with the orientation and unrest are drafted in such a way that later humans involved mengapresisasi thought-pemikiranya that will keep people from kehidupanya essence, that the worship of the one God.
Islam as Dien and is a religion that directly ciptkan by God is one solution konkert to be footing unrest-kerasahan that reported by people from across the ages, and we as adherents Muslims should continue to maintain unity to continue mnejaga purity of Islam until the end of life this berahkhir.
Akhirul kalam ber transformation congratulations to comrades Indonesian Islamic Student Central Java ( Pw Pii Central Java ) at the Plenary III in Dodeti 11-13 March 2016.
Hopefully more progressive in moving and always Istiqomah as the chain of unity of Muslims.
Al Hikmah Unnes
12 March 2016/3 Jumadi End 1437 H
1:55 pm.

“Densus 88 anti Teror atau Peneror?”

Oleh : Azmi Al Amien



Beberapa hari yang lalu publik dunia sosial di hebohkan lagi dengan ulah aparat negara, kali ini kehebohan tersebut bukan karena ulah angggota dewan yang ketahuan tidur di sela-sela rapat di senayan atau bukan juga karena presiden jokowi yang sedang melakukan ritual pencitraan “blusukan” ke masyarakat desa atau pesisir, namun kehebohan kali ini dilakukan oleh aparat negara yang mengatasnamakan diri sebagai pasukan anti teror atau yang biasa dikenal dengan pasukan densus 88 yang melakukan tindakan sewenang-wenang.
Begini kronologinya, Pak suyono imam sebuah dimasjid di klaten selepas melaksanakan shalat maghrib masjid tiba-tiba di tangkap oleh densus 88 dengan dalih “terduga” teroris, ketika penangkapan dan dibawa oleh densus 88 dengan keadaan sehat namun beberapa hari kemudian pasca penangkapn keluarga dan publik dikabarkan dengn berita mengejutkan yang menyatakan bahwa suyono telah meninggal dunia, Sebuah kabar tak mengenakan.
Suyono adalah yang menjadi korban sekian ratus dari ratusan korban lainya yang dilakukan oleh densus 88 dengan status masih “terduga” belum tersangka, status “terduga” seharusnya bukan menjadi bukti untuk berbuat sewenang-wenang sampai kemudian menelan korban.
lagi-lagi dalih “terduga” teroris seolah-olah menjadi sebuah pelampiasan perbuatn sewenang-wenang aprat negara untuk menghukum sehabis-habisnya tanpa bukti yang kuat dalam menegakan hukum.
Kemanakah keadilan hukum selama ini? Apalagi kasus semacam ini sudah terjadi berkali-kali tanpa di usut tuntas hingga ke ranah pengadilan atau hukum.

Menurut data Badan Intelegen Nasional (BIN) tahun 2002 ketika pasca terjadinya kasus bom bali densus 88 mulai di bentuk dengan campur tangan dan di sokong dana dari amerika, dengan tugas utamanya yaitu melawan “terorisme”. namun kurang lebih 14 thun densus 88 bekerja belum melakukan tugas secara maksimal sesuai denga tugasnya.
Menrut data telah ada berpuluh orang korban salah tangkap dan ratusan orang yng menjadi korban kebiadaban densus padahaal baru “terduga” dan dalam hal ini islam selalu menjadi korban di diskreditkan untuk di serang kemudian Al Quran kitab suci umat islam selalu dijadikan sebgai alasan bukti kuat dalam setiap penangkapanya. Sungguh ironis.
Bila kita lihat selama ini bahwa terorisme itu selalu yang berbau-bau dengan issue islam, namun bila kita lihat secara luas bahwa yang dimaksud dengan teroris adalah ‘‘orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut”, namun pasca kejadian Pengeboman WTC tahun 2001 selalu islam yang dilibatkan sebagai oknum teroris padahal tak semuanya demikian.
Kita lihat kasus kejadian pemberontakn masjid di papua yang dilakukan oleh masyrkt mayorits kristen disanah namun kemudian publik atau media tidak meenyebut mereka sebagai teroris?
Bahkan peristiwa demikian sering terjadi namun solah-olah media tak minat untuk memblow up berita yang tidak berbau tentang keislaman seperti kasus tersebut.
Pasca kejadian suyono berbagai aspirasi dari berbagai elemen menginginkan densus 88 di bubarkan dengan alasan sudah banyak korban salah tangkap yang di rugikan dan begitu juga korban meninggal dengan statsus baru “terduga”, ada juga yang menginginka harus ada perbaikan menejemen densus secara total harapanya agar peristiwa demikian tidak terjadi lagi.
Sudah beberapa kali ini penangkapan yang di lakukan densus dengan melanggar norma etika dan hak asasi manusia, bahkan sampai menakut-nakuti dan menimbulkan “trauma” pada anak-anak korban dan msayarakat yang ada di lokasi terutama anak-anak.
Jadi sebenarnya densus 88 itu anti teror atau peneror?

Masjid Jogokriyan Yogyakarta, 18 Maret 2016
23.19 wib