Minggu, 06 Maret 2016

Perjuangan Diri


Dalam berjuang "strategi" akan menjadi modal utama para "pejuang" untuk memenangkan perjuangan , misal saja dalam dunia olahraga permainan kita kenal dengan istilah "taktik dan formasi" dimana setiap posisi memiliki fungsi masing-masing menformasikan diri untuk saling mendukung dan menguatkan dalam rangka pencapaian hasil yang maksimal.

seharusnya dalam perjuangan diri pun bisa di terapkan demikian, diri kita tak ubahnya seperti benteng pertahanan yang akan terus di bombardir oleh musuh/lawan yang juga melekat dalam diri kita sendiri yaitu ''hawa nafsu" , bila mana benteng pertahanan kita lemah maka dengan mudahnya "nafsu" akan menang dan kita kalah maka kita akan menjadi budak dalam permainan diri namun bila mana pertahanan kita bisa kita formasikan dengan baik entah itu diisi dengan "ilmu terutama keimanan" maka minimal kita bisa mencegah nafsu untuk melawan atau merasa terkontrol dan terawasi.

analogi yang paling ringan tentang kedirian diri , begitupula dalam dunia kelompok, "perpecahan" menjadi tantangan dan musuh besar di sisi lain juga "perpecahan" merupakan fitrah kehidupan, sehingga "merapatkan shaf" adalah hal yang menjadi prioritas utama untuk menjadi awal modal "pergerakan dalam perjuangan".

Balai Tranmigrasi Semarang,  21 februari 2016

Hakikat Hidup

Dinamika Kehidupan akan terus berubah namun hakikat kehidupan akan tetap sama. kawan, sahabat, keluarga, lingkungan, dan usia adalah waktu serta realitas yg hanya sepintas berlalu lalang.
Semoga kita kokoh dengan titah Tuhan Yang Maha Esa (Allah Swt) walau belenggu nafsu tidak akan pernah henti sampai kehidupan mati.
Ya Robb Lindungi hamba, keluarga dan hamba para pejuangMu dari belenggu dan kesesatan dunia yg semu, tautkanlah hati untuk selalu mengabdi. Sekali lagii, Tautkanlah hati ini untuk mengingat dan selalu mengabdi.

Semarang, 23/02/2016

Siapa "Aku" ?

Kebiasaan manusia itu sering kali "mengakuisisi" atau mencitrakan dirikan diri dengan bangga kepada hal "keakuan", padahal "aku" bukanlah seperti "aku" yang kita kenal, karena "aku" hanyalah simbolisitik wujud dari kebesaran keAkuan sejati, siapa lagi kalau bukan keAkuan Tuhan ?
Kalau kata Emha "aku" adalah serpihan-serpihan yang membentuk jiwa karena jati diriku bukan "aku" tapi apa yang ada di belakangku.

Quotes facebok 27 Februari 2016