Senin, 20 Juli 2015

Dari Kelaparan sampai Lebaran


“Memaknai Hari Raya bukan sebagai Hari Pelampiasan namun Hari Kemenangan”



Lebaran Telah tiba, tepat 18 Juli 2015 telah diputuskan sebagaai hari raya idhul fitri oleh pemerintah indonesia setelah dilaksanakanya sidang isbat pada tanggal 17 Juli 2015 oleh pemerintah indoesia. Sidang isbat diikuti oleh para ulama dan berbagai macam organisasi islam yang ada di indoneisa, meski begitu ada beberapa jama’ah dan aliran islam di indonesia yang telah terlebih dahulu merayakan idhul fitri sebelum pemerintah menetapkannyya, seperti jamaah aboge dan nakzabandiyah yang merayakan hari raya di hari kamis, 17 Juli 2015 dan hari sabtu 19 Juli 2015.

Lebaran kali ini saya merasakan fenomena yang jarang saya temui seperti lebaran yang sebelumnya, mengapa demikian? 2 organisasi besar yang jamaahnya terbesar di indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama untuk edisi lebaran kali ini sepakat bersama-sama merayakan hari lebaran dengan waktu yang sama, meski di awal-awal akan diprediksikan tidak sama. Ini menjadi fenomena yang menarik karena memang biasanya jamaah 2 ormas ini selalu sentimen hanya karena perbedaan lebaran yang dirayakan tidak dengan waktu yang sama, bahkan sampai membahkan perpecahan hanya karena perbedaan tersebut.

Namun berbeda denga lebaran kali ini, hari ini aku menemukan berjuta keindahan dalam wujud kebersamaan 2 organisasi besar Muhammadiyah dan Nahdatul ulama sama-sama merayakan lebaran dengan waktu yang sama, sehingga lebaran kali ini terasa lebih ramai dan damai.

1 bulan lamanya kita telah merasakan ni’matnya berpuasa, secara harfiah puasa adalah menahan rasa lapar, dahaga, dan hawa nafsu dari terbitnya matahari samapi terbenamnya matahari. Menahan berarti mencegah dalam artian kita tidak diperbolehkan untuk melakukan sesuatu yang dilarang untuk dilakukanya, apabila kita melanggarnya berarti kita berbuat dosa atau secara tidak langsung puasa kita tidak sah/batal.

Aku sendiri bingung  telah sejauh manah aku memaknai puasa dan arti menahan itu sendiri, hanya itu yang aku tau. Atau baru sebatas istilah dan pengertian. Menahan yang biasany kita kerjakan/lakukan dalam sehari-hari adalah hal yang cukup berat bagi kita yang belum terbiasa melakukanya, artinya kita butuh proses untuk menyesuaikan atau persiapan. Seperti sahur sebelum imsak (waktu dimulainya berpuasa) atau membiasakan diri untuk tidak makan dengan waktu tertentu, memang menahan lapar bukan berarti menyiksa diri atau bunuh diri.

1 bulan lamanya kita menahan  1 bulan lamanya kita dahaga dan 1 bulan lamanya kita kelaparan, tetapi sungguh Tuhan tau akan kaspasitas batas untuk para hamba-Nya,artinya disetiap jalan pasti ada ujung atau disetiap proses pasti batasnya (kemenangan), dalam hal ini setelah kita 1 bulan lamanya merasakan ni’amatnya menahan diri, menahan (kelaparan) atau berpuasa maka ada Lebaran yang telah menanti. Hari Lebaran (kemenangan) aka hadir menjemput kita sebagi wujud kebahagaiaan 

ni’mat syukur yang telah kita dapatkan dari Allah SWT.
kita lapar agar kita sadar bahwa dari kelaparn kita tau arti dan makna kesyukuran
kita dahaga agar kita sadar  bahwa dari kehasuan kita mengerti arti kehidupan

kita menahan agar kita sadar bahwa dari menahan kita mengerti hakikat kesabaran..