“Memaknai
Hari Raya bukan sebagai Hari Pelampiasan namun Hari Kemenangan”
Lebaran Telah tiba, tepat 18 Juli 2015 telah diputuskan sebagaai hari raya
idhul fitri oleh pemerintah indonesia setelah dilaksanakanya sidang isbat pada
tanggal 17 Juli 2015 oleh pemerintah indoesia. Sidang isbat diikuti oleh para
ulama dan berbagai macam organisasi islam yang ada di indoneisa, meski begitu
ada beberapa jama’ah dan aliran islam di indonesia yang telah terlebih dahulu merayakan idhul fitri sebelum pemerintah menetapkannyya, seperti jamaah aboge
dan nakzabandiyah yang merayakan hari raya di hari kamis, 17 Juli 2015 dan hari
sabtu 19 Juli 2015.
Lebaran kali ini saya merasakan fenomena yang jarang saya temui seperti
lebaran yang sebelumnya, mengapa demikian? 2 organisasi besar yang jamaahnya
terbesar di indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama untuk edisi lebaran
kali ini sepakat bersama-sama merayakan hari lebaran dengan waktu yang sama,
meski di awal-awal akan diprediksikan tidak sama. Ini menjadi fenomena yang
menarik karena memang biasanya jamaah 2 ormas ini selalu sentimen hanya karena perbedaan
lebaran yang dirayakan tidak dengan waktu yang sama, bahkan sampai membahkan
perpecahan hanya karena perbedaan tersebut.
Namun berbeda denga lebaran kali ini, hari ini aku menemukan berjuta
keindahan dalam wujud kebersamaan 2 organisasi besar Muhammadiyah dan Nahdatul
ulama sama-sama merayakan lebaran dengan waktu yang sama, sehingga lebaran kali
ini terasa lebih ramai dan damai.
1 bulan lamanya kita telah merasakan ni’matnya berpuasa, secara harfiah
puasa adalah menahan rasa lapar, dahaga, dan hawa nafsu dari terbitnya matahari
samapi terbenamnya matahari. Menahan berarti mencegah dalam artian kita tidak
diperbolehkan untuk melakukan sesuatu yang dilarang untuk dilakukanya, apabila
kita melanggarnya berarti kita berbuat dosa atau secara tidak langsung puasa
kita tidak sah/batal.
Aku sendiri bingung telah sejauh
manah aku memaknai puasa dan arti menahan itu sendiri, hanya itu yang aku tau.
Atau baru sebatas istilah dan pengertian. Menahan yang biasany kita
kerjakan/lakukan dalam sehari-hari adalah hal yang cukup berat bagi kita yang
belum terbiasa melakukanya, artinya kita butuh proses untuk menyesuaikan atau
persiapan. Seperti sahur sebelum imsak (waktu dimulainya berpuasa) atau
membiasakan diri untuk tidak makan dengan waktu tertentu, memang menahan lapar
bukan berarti menyiksa diri atau bunuh diri.
1 bulan lamanya kita menahan 1 bulan
lamanya kita dahaga dan 1 bulan lamanya kita kelaparan, tetapi sungguh Tuhan
tau akan kaspasitas batas untuk para hamba-Nya,artinya disetiap jalan pasti ada
ujung atau disetiap proses pasti batasnya (kemenangan), dalam hal ini setelah
kita 1 bulan lamanya merasakan ni’amatnya menahan diri, menahan (kelaparan)
atau berpuasa maka ada Lebaran yang telah menanti. Hari Lebaran (kemenangan)
aka hadir menjemput kita sebagi wujud kebahagaiaan
ni’mat syukur yang telah
kita dapatkan dari Allah SWT.
kita lapar agar kita sadar bahwa dari kelaparn kita tau arti dan makna
kesyukuran
kita dahaga agar kita sadar bahwa
dari kehasuan kita mengerti arti kehidupan
kita menahan agar kita sadar bahwa dari menahan kita mengerti hakikat
kesabaran..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar