Rabu, 22 Agustus 2018

Solidaritas Ala Masyarakat Masjid Darussalam Kademangaran

Realitas ibarat sebuah panggung pentas drama yang manyajikan lakon kebaikan dan keburukan, kepatuhan dan pengingkaran, kepedulian dan keangkuhan.

Realitas Berkurban mengajarkan tentang solidaritas sosial. Solidaritas sosial yang menjadi inti pesan kurban, seyogyanya mengarahkan pada peran-peran individu di masyarakat berbasis semangat komunitarian atau semangat ke-kita-an. betapa sempurnanya Islam tidak hanya mengatur tentang ke Aku-an (private) tapi juga ke-kita-an.

Perayaan hari raya Idhul adha menjadi momentum untuk meneladani kisah nabi Ibrahim dan ismail. Mengurbankan jiwa, harta dan segala sesuatu yg sejatinya hanyalah sebuah titipan. Itulah substansi qurban semua akan dikembalikan untuk keridhoan Allah (Tauhid) seperti yg tercantum dalam Qs. Ad dzariyat : 56 dan Al Ikhlas.

Kurban bukan hanya tentang ibadah, kurban juga bagian dari wujud aksi solidaritas sosial (keumaatan). Membrantas sekat status sosial masyarakat, Yg mampu membantu yg tidak mampu , yg tidak mampu sambung kekeluargaan dgn yg mampu. Maka mitos yg kaya makin kaya dan yg miskin makin miskin akan terbantahkan dengan konsep islam seperti qurban, zakat dll. Islam itu adil dan menjujung tinggi keadlian.

Masjid Darussalam Kademangaran sebuah masjid yg terletak di tengah sebuah kampung kecil bernama Kademangaran Kab. Tegal. Sebagai sebuah kampung yg mayoritas masyarakat bekerja di bidang buruh pertukangan (batu bata, meubel, sarung tentun) dll. namun ternyata masyarakatnya memiliki kemampuan solidaritas sosial yg tinggi.

Setelah kegiatan sunatan masal yg menggratiskan 40-an anak2 dhuafa (kurang mampu) beberapa bulan yg lalu Momentum kurban di masjid darussalam menjadi sebuah kegiatan rutin yg mungkin ditunggu-tunggu oleh masyarakat, bukan hanya tontonan pada saat penyembelihan tapi juga menghidupkan ekonomi micro di sekitar masjid (pedagang). jumlah hewan yg dikurban Alhamdulillah selalu cukup relatif banyak ditiap tahunya.

Tahun lalu total 50-an kambing yg dititipkan ke panitia masjid untuk dikurban dan tahun ini Alhamdulillah meningkat sampai tembus 73 ekor yg di sembelih, Rekor baru. walaupun sapi menurun dari yg tahun lalu 7 dan kini menjadi 5 ekor sapi.

Bagi saya ada hal nilai prinsip yg perlu dicontoh dari kejadian ini. Sebuah masjid yg terletak di sebuah kampung kecil dengan jumlah kurban sebanyak itu, ini termasuk jumlah yg cukup banyak. Ini baru satu masjid belum lagi di beberapa masjid yg belum terhitung. Mungkin jika dijumlah totalnya sampai ratusan.

Artinya nilai-nilai solidaritas sosial mayarakat kademangaran begitu tinggi.
Contoh konkret ialah tentang Guyub rukun solidaritas sosial masyarakat, dengan kultur masyarakat yg muktikultural dengan berbagai macam bakground. Semua Guyub rukun, tua-muda, anak-anak, bapak-bapak dan emak-emak menjadi satu, saling bahu dan saling membantu menghidupkan masjid untuk kesejahteraan sosial keumatan.

Semoga ini bisa menjadi contoh untuk yg lain, kultur positif masyarakat yg harus terus dijaga. Tentunya bersamaan solidaritas yg tinggi semoga ditunjang dengan kesejahteraan masyarakat yg tinggi pula dan yg paling penting masjid tetap manjdi Problem solve atau bagian dari pemecah solusi masalah keumatan bukan hanya tempat sakral untuk beribadah saja. Aamiin



Selamat idhul adha 1439 H.
Tegal, 22 Agustus 2018

Jumat, 05 Januari 2018

MEMILIKI



hidup adalah tentang menunggu. tentang menanti. tentang ruang dan waktu. Tentang perlawanan.

Bulan dan Matahari, keduanya ciptaanya.
Mereka seolah saling mencintai.
Membuktikan diri akan eksistensi masing-masing.
Tegar dalam Menjaga rindu.
Kuat dalam jarak dan rentang.
Punya spasi untuk di isi.
Mengisi kegelapan. Mengisi Sinar hidup.
Menghidupkan kehidupan. Meski mereka tidak bersama-sama.

langit dan bumi. Mereka ciptaanya.
Punya jarak untuk menatap.
Menjaga ruang.
Mengokohkan diri.
Tegar dalam penantian.
Saling mengisi untuk menghidupkan.
Tapi tak pernah bergandengan bersama.

Aku dan kamu adalah kita.  Adalah makhluk, makhluk dengan ketidaksempurnaan yg sempurna. Adalah ciptaanya.
Dikarunia titipan untuk merasakan.
dikaruniai titipan untuk mencintai.
Tapi, itu semuanya hanya titipan.
bukan hak kita untuk memiliki.

Mengapa harus kehilangan padahal kita tak pernah benar-benar memiliki (?)

Hingga mereka dan kita boleh jujur melihat dibalik jiwa,  ada luka disanah. Yg tak akan terobati selain dengan berjumpa bersama. Tapi....

cinta adalah perlawanan.
Melawan rasa.
Melawan rindu.
Melawan untuk sadar bahwa mencintai bukan berarti memiliki.
Mencintai bukan berarti membersamai.

Sekali lagi Mengapa harus kehilangan padahal kita tak pernah benar-benar memiliki (?)