Hidup di era
hegemoni modern yang penuh dengan dinamika sosial yang akut menjadikan kita
besar akan problematika keumatan. Tak lebih soal dunia remaja dan pemuda,
remaja dan pemuda merupakan fase transisi perubahan usia dari anak-anak menuju
peralihan dewasa baik secara fisik dan psikis.
Fisik berupa perubahan yang
berhubungan dengan soal fisik seseorang misal tinggi badan, perubahan suara dan
tampilan luar kemanusiaan yang bisa dilihat orang lain.
sedangkan psikis perubahan
yang berhubungan dengan soal pemikiran, etika dan cara berprilaku. misal mulai
ditinggalkanya sifat ke kanak-anakan dan memulai merubah sikap dan mulai
mengerti arti “malu”.
Bicara soal
pemuda bicara juga soal perubahan fase, pada fase ini manusia mengalami proses
fase terjadinya “kelabilan” baik dalam berprilaku maupun cara berfikir. Sehingga tak heran jika sang raja dangdut
fenomenal kita Bang Haji Rhoma Irama pernah mengatakan dalam lagunya “Darah Muda darahnya para remajaaa, yang
selalu merasa bangga, tak mau mengalaaah.” Lalala *eh.. eh nanti ke asyikan
nyanyi. Hehe
eh tapi dari tadi
ko mbahasnya tentang pemuda terus yaa, engga sinkron ame judulnya kan? Haha
#bukan urusan saya :P
Jadi bicara
pemuda itu sangat kompleks dan identik akan ‘’kalabilanya’’, apalagi dalam
konteks kisah alur romantika atau bahasa gaulnya “kisah percintaanya”.
Bagaimana pemuda memahami cinta dan apa itu cinta?
Adapun fenomena
zaman saat ini remaja sangat rawan untuk bergelut dalam dunia percintaan,
sehingga fenomena “pacaran” seolah-olah sudah menjadi hal umum bagi para remaja
dan pemuda. bagi mereka pacaran adalah hal yang terindah dan katanya itu adalah
bagian dari ekspresi seorang kepada
lawan jenis yang disayangnya. namun benarkah dan harus begini mengartikan rasa
cinta yang sesungguhnya?
Pada zaman sekarang
ini banyak orang tidak mengerti dan memahami cinta sama sekali tetapi mereka
berbicara atas nama cinta. Cinta itu tentang rasa sayang, menyayangi, dan
menyampaikanya kepada seseorang dan kita mempacarinya. Ini adalah pemaknaan
yang salah tentang arti “cinta” itu
sendiri,
“labil” iya labil yang namanya remaja memang tak jauh dari kata labil.
Seperti halnya “pacaran”, orang yang pacaran adalah orang labil, bagaimana
mungkin tidak labil lah wong dengan mudahnya mereka mengartikan dan memaknai
cinta dengan hanya “berpacaran”.
Banyak secali
definisi “cinta” ada yang mengatakan Cinta itu buta. Cinta itu Indah. Cinta
adalah segala-galanya. Cinta adalah pengorbanan. Bahkan , cinta adalah nafas
kehidupan. Begitulah deratan slogan yang dilabelkan para ilmuan, filsuf ,
hingga orang awam kebanyakan seperti kita mendefinisikan dan mengekspresikan
tentang cinta. Label dan pemaknaan apa pun terhadap cinta pada dasarnya
bertujuan sebagai ekspresi pemaknaan diri terhadap suatu media , objek, atau
wujud. Bisa berupa benda, manusia, binatang , tumbuhan atau bahkan Allah Swt.
Trend “pacaran”
seolah-olah sudah menjadi mode gaul para remaja saat ini, kalau tidak “pacaran”
tidak gaul, tidak kece katanya. Preett..
Pacaran cinta
atau nafsu?
Cinta beda dengan
nafsu, bagi kita yang belum menikah ini ibarat orang yang lagi “berpuasa”, orang yang sedang berpuasa akan
terus di uji dengan nafsu.
Misal Ketika kita sedang berpuasa kita pergi ke
pasar, disanah banyak sekali makanan yang kita ingin beli dan makan mulai dari
kolak pisang dan singkong, es klapa muda, ayam goreng, telor, sate, bakso, mie
ayam dll. Pada saat itu juga kita menginginkan untuk melahap semuanya
seolah-olah rasa-nya enak sekali kalau itu semua bisa kita makan saat itu juga.
Namun setelah kita buka puasa baru makan 3 kurma saja sudah rasanya kenyang,
sehingga kita tidak mau lagi untuk makan makanan yang kita inginkan ketika di
pasar.
Itulah Karena semua terlihat enak bagi orang yang nafsu. dan nafsu akan
terus menggoda kita selama kita masih hidup dan punya “rasa dan hawa nafsu”.
Orang-orang yang
pacaran atau belum menikah itu nafsu namanya, bukan cinta. karena cinta itu tenang
dan menenangkan, “woles” kalau kata orang kekinian . sedangkan nafsu itu
menegangkan, nafsu itu selalu terburu-buru, tidak peduli, pengin
segala-galanya, sesaat dan nafsu itu selalu
mencari korban. Makanya beda orang yang sudah menikah dan belum menikah. Kalau
orang yang sudah menikah ketika jalan-jalan perasaanya akan tenang dan
menenangkan. Beda dengan orang yang belum menikah atau pacaran ketika jalan-jalan perasaanya tidak tenang,
apa saja dipegang sedangkan orang yang sudah menikah “woles” karena sudah buka
puasa atau menenangkan.
Begitulah cinta
dan nafsu, sudah beda secara konteks. ketika kita belum menikah dan pacaran
berarti itu nafsu jadi salah ketika kita menamai itu cinta. Masih mau menyebut
cinta wahai para pecinta?
Secara agama
“cinta” adalah soal keterikatan, keterikatan seorang Hamba kepada Tuhan-Nya dan
orang-orang yang mencntai TuhanNya.
“Kamu tak akan mendapati kaum yang
beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang
yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau
anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah
orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan
mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke
dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.
Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan
rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.”
(QS.
Al Mujadilah (58) : 22)
Dari ayat diatas jelah bahwa Allah Swt . mengisyaratkan tentang makna
“teologi cinta” (urutan cinta) : yakni cinta kepada Allah , Rasul , jihad di
jalan-Nya, dan sterusnya. Yakni cinta kepada ibu, bapak, istri anak dan
seterusnya. Sebab jika keliru persepsi atau pemahamanya akan terkena dampak
ancaman Allah yang begitu keras sebagaiman yang tertulis di QS. At Taubah (9) :
24, yakni “... Tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya!,”
Nah, bagi orang yaang mengartikan cinta harus pacaran berarti itu adalah
orang-orang yang keliru, dan tunggulah tiba saatnya Allah mendatangkan
keputusan-Nya *eh :D
“Tapi kan saya Cuma pacaran, atau pacaran saya islami ko engga akan berzina.”
Iya menurut elu, tapi engga menurut syaitan. Karena Syaitan itu lebih tau mana
waktu yang baik untuk menyesetkan manusia daripada manusia itu sendiri.
“pacaran memang tidak mesti zina, tapi zina itu pasti berawal dari pacaran! ”
mengerti kan?
menurut Ketua
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Maria Ulfah Anshor, mengatakan usia
anak pacaran saat ini semakin muda.
Dari hasil survei kesehatan reproduksi remaja yang
diselenggarakan BKKBN, kata dia, remaja pacaran pertama kali pada usia 12
tahun. "Dibanding 10 tahun lalu usia pacaran anak semakin muda,"
Perilaku pacaran remaja, kata dia, juga semakin
permisif. Sebanyak 92 persen remaja berpegangan tangan saat pacaran, 82 persen
berciuman, 63 persen rabaan petting. Perilaku-perilaku
tersebut kemudian memicu remaja melakukan hubungan seksual.
Perilaku seksual di usia belia itu menyebabkan
jumlah anak yang menderita HIV/AIDS terus meningkat dalam lima tahun terakhir.
Tahun 2004 kasus HIV/AIDS sebanyak 154 kasus dan pada 2010 angkanya melonjak
menjadi 1.119 kasus. "Angka ini naik 700 persen," kata dia,
dimuat di tempo.com pada 6 Juni 2012. naudzubillah
sungguh ironi sesorang yang salah memaknai “arti pacaran” bisa membuahkan penderitaan
yang menyakitkan seumur hidupnya. Bukan hanya penderitaan sesaat tapi untuk
selamanya.
Bagi kita yang masih pacaran atau yang mau pacaran mending kita
sadar deh (Taubat), daripada kita nanti yang dapat keputusan dari Allah yang
dijelaskan di ayat diatas. menjadi orang yang baik itu sulit karena kita harus
menggapainya dengan sabar dan ikhlas, dan menjadi orang yang buruk itu mudah
sekali karena keburukan adalah yang menyenangkan, dan manusia suka akan
kesenangan. Namun pada akhirnya orang yang baik akan mendapatkan kebahagiaan,
dan keburukan akan mendapatkan penyiksaan.
tinggal pilih mau menjadi orang yang baik atau buruk? Kalau baik nikahilah kalau
kita memang menyukai seseorang, atau lebih baik diam (berpuasa) sampai tiba
saatnya. jangan sampai kita pacaran .karena pacaran adalah jebakan strategis
syaitan dalam keburukan yang kasat mata dan keburukan akan berujung pada
penderitaan.
Akhiran, Karena cinta itu bukan soal rasa, tapi itu nafsu cinta.
Cinta
adalah “kasih sayang”, “mengasihi”, “keterikatan” dan “keabstrakan”.
Cinta itu
tidak soal kata-kata, dan soal perasaan tapi arti cinta itu lebih dalam dari
pada itu.
Orang yang cerdas adalah orang
yang bisa menggunakan “akalnya” untuk befikir, hati untuk “merasa” dan “cinta”
untuk mempersatukan keduanya.
Dan cinta sejati adalah ketika kita bisa
mempertautkan hati kita untuk sesuatu yang sejati (Kekal) dan membahagiakan
kita pada kebahagiaan yang sejati pula (surga), jadi pautkan kita pada cinta
sejati itu sehingga kita tak terjebak pada cinta semu yang menyesatkan kita
pada jurang kemaksiatan.
"Dan ketika kita telah mepertautkan cinta kita kepada
yang sejati (Allah Swt) maka percayalah kita akan tertolong dan mendapatkan
keselamatan dan kebahagaiaan bersama orang-orang yang saling mencintai
karena-Nya."
Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang selalu diberi jalan
kebenaran. Aamiin Wallahu A’alm bishowab
Ruang Ta’mir Musholah Fik UNNES, 19 Agustus 2015
Jam 13.35 wib
dari “Sang
Pecinta”